http://gedeprama.blogdetik.com/2014/03/21/happiness-joy-bliss/
Suatu hari Nasrudin mencari-cari sesuatu di halaman rumahnya yang penuh
dengan pasir. Tatkala ditanya tetangga apa yang dia cari, tanpa menoleh ia
bilang sedang mencari jarum. Setelah dibantu tetangga, sejam kemudian tetap
tidak ketemu jarumnya. Kali ini tetangga bertanya ulang di mana jarumnya
jatuh. Lagi-lagi ia menjawab tanpa menoleh: "jarumnya jatuh di dalam". Kali
ini tetangga jadi marah, kalau jatuh di dalam kenapa dicari di luar? Dengan
tenang Nasrudin menjawab: "karena di dalam gelap di luar terang".
*Kebahagiaan*
Bila boleh jujur, cerita Nasrudin adalah cerita kebanyakan orang.
Mencari-cari kebahagiaan di luar, padahal kebahagiaan sesungguhnya ada di
dalam. Miliaran manusia mencoba menemukan kebahagiaan dengan cara mengejar
makanan, hiburan, pujian, pariwisata. Dan semua yang mengejar kebahagiaan
di luar itu tersesat entah ke mana.
Bagi yang sudah kelelahan mengejar ke luar kemudian mengerti, kebahagiaan
dimulai dari sebuah bibit yang bernama berkecukupan. Tanpa bibit
berkecukupan, semua pencaharian kebahagiaan akan berputar-putar tanpa
ujung. Dan energi di dalam yang bisa menanam bibit berkecukupan bernama
rasa syukur yang mendalam. Lihat sisi-sisi berkah dari kehidupan, di
sanalah rasa syukur kerap bersembunyi.
Bibit berkecukupan ini kemudian dirawat dan dipelihara di sebuah taman yang
bernama cinta kasih. Sebelum cinta kasih itu memancar ke luar, ia sebaiknya
dipancarkan ke dalam lebih dulu. Memancarkan cinta kasih pada kesialan,
kekurangan, kecelakaan, ketidaksempurnaan yang pernah terjadi. Ingat
selalu, tidak ada kebetulan, semuanya hanya bimbingan-bimbingan. Fokus pada
bimbingan bukan pada hukuman.
*Suka Cita*
Bila bibit berkecukupan di dalam sudah dirawat baik di taman cinta kasih,
kemudian ia bisa bertumbuh menjadi pengalaman yang penuh suka cita (joy).
Kebahagiaan adalah sebentuk rasa di dalam tatkala sebagian keinginan
terpenuhi, tapi suka cita jauh lebih dalam. Ia adalah sebuah kilatan cahaya
bahwa jiwa melihat arah pulang.
Rasa sakit, penderitaan, dukacita adalah bel suci yang menunjukkan bahwa
jiwa hidup terlalu jauh dari rumah. Bel ini juga yang memberikan tanda di
mana rumah sesungguhnya berada. Banyak orang yang mencarinya di tempat suci
atau orang suci. Sehebat-hebatnya tempat suci dan orang suci, keduanya
hanya bisa memberi tahu tentang ajaran suci yang mesti dibadankan.
Tatkala ajaran suci seperti cinta kasih, kebaikan, kasih sayang
dilaksanakan secara mendalam, kemudian ada kilatan cahaya tentang rumahnya
jiwa. Tandanya sederhana, semakin dekat jiwa dengan rumah sesungguhnya,
semakin damai rasanya di dalam. Semakin dekat jiwa dari rumah, semakin
banyak bunga cinta yang mekar di dalam. Semakin dekat jiwa dari rumah,
semakin tidak tertarik seseorang untuk mengejar ke luar.
*Bliss*
Salah satu ajaran mendalam tentang pulangnya jiwa adalah Tantra. Dan simbol
sakral yang kerap dipakai di Tantra adalah seks. Meminjam hasil penelitian
sejumlah psikolog yang mendalami seks seperti Delgado, orgasme sebagai
puncak pengalaman seksual adalah serangkaian pengalaman yang sepenuhnya ada
di dalam. Persisnya, ia terjadi di pusat seks di otak. Bagi wanita, ia
terjadi di belahan otak kanan, bagi pria ia terjadi di otak kiri.
Ini menjadi salah satu bukti ilmiah tentang kebahagiaan, sukacita yang
sesungguhnya ada di dalam. Di tingkat kebahagiaan, orgasme berarti
terpenuhinya sebagian keinginan, atau di tingkatan kebahagiaan lebih dalam
ia berarti rasa berkecukupan yang mendalam. Di tingkat sukacita, orgasme
adalah kilatan cahaya tentang rumahnya jiwa. Kapan saja unsur maskulin dan
feminin menyatu di satu jiwa di sana kilatan cahaya muncul. Di Yunani
disebut anima-animus, di China disebut Yin-Yang, di Bali disebut
lingga-yoni.
Dan bliss (anandam), ia berada jauh di atas keinginan, ia bukan sekadar
kilatan cahaya, tapi sang Cahaya itu sendiri. Bila di tingkatan kebahagiaan
yang mengalami orgasme adalah pusat seks di otak, di tingkatan sukacita
orgasme hanya kilatan cahaya petunjuk jalan pulang, di tingkatan bliss yang
mengalami orgasme adalah Sang Saksi. Ia bukan di otak kanan, bukan di otak
kiri. Sang Saksi berada melampaui ruang dan waktu. Ia tidak bisa
dijelaskan, tapi ia bisa dialami. Dalam bahasa puitis, ia tersedia di sini
di saat ini. Meminjam Lao Tzu: "ia yang mengerti tidak bicara, ia yang
bicara tidak mengerti". Selamat datang di rumah jiwa-jiwa yang indah.
PENTING
Informasi yang disampaikan melalui e-mail ini hanya diperuntukkan bagi pihak penerima sebagaimana dimaksud pada tujuan e-mail ini saja. E-mail ini dapat berisi informasi atau hal-hal yang secara hukum bersifat rahasia. Segala bentuk kajian, penyampaian kembali, penyebarluasan, penyediaan untuk dapat diakses, dan/atau penggunaan lain atau tindakan sejenis atas informasi ini oleh pihak baik orang maupun badan selain dari pihak yang dimaksud pada tujuan e-mail ini adalah dilarang dan dapat diancam sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika karena suatu kesalahan anda menerima informasi ini harap menghubungi Direktorat Jenderal Pajak c.q. Direktorat KITSDA dan segera menghapus e-mail ini beserta setiap salinan dan seluruh lampirannya.
Suatu hari Nasrudin mencari-cari sesuatu di halaman rumahnya yang penuh
dengan pasir. Tatkala ditanya tetangga apa yang dia cari, tanpa menoleh ia
bilang sedang mencari jarum. Setelah dibantu tetangga, sejam kemudian tetap
tidak ketemu jarumnya. Kali ini tetangga bertanya ulang di mana jarumnya
jatuh. Lagi-lagi ia menjawab tanpa menoleh: "jarumnya jatuh di dalam". Kali
ini tetangga jadi marah, kalau jatuh di dalam kenapa dicari di luar? Dengan
tenang Nasrudin menjawab: "karena di dalam gelap di luar terang".
*Kebahagiaan*
Bila boleh jujur, cerita Nasrudin adalah cerita kebanyakan orang.
Mencari-cari kebahagiaan di luar, padahal kebahagiaan sesungguhnya ada di
dalam. Miliaran manusia mencoba menemukan kebahagiaan dengan cara mengejar
makanan, hiburan, pujian, pariwisata. Dan semua yang mengejar kebahagiaan
di luar itu tersesat entah ke mana.
Bagi yang sudah kelelahan mengejar ke luar kemudian mengerti, kebahagiaan
dimulai dari sebuah bibit yang bernama berkecukupan. Tanpa bibit
berkecukupan, semua pencaharian kebahagiaan akan berputar-putar tanpa
ujung. Dan energi di dalam yang bisa menanam bibit berkecukupan bernama
rasa syukur yang mendalam. Lihat sisi-sisi berkah dari kehidupan, di
sanalah rasa syukur kerap bersembunyi.
Bibit berkecukupan ini kemudian dirawat dan dipelihara di sebuah taman yang
bernama cinta kasih. Sebelum cinta kasih itu memancar ke luar, ia sebaiknya
dipancarkan ke dalam lebih dulu. Memancarkan cinta kasih pada kesialan,
kekurangan, kecelakaan, ketidaksempurnaan yang pernah terjadi. Ingat
selalu, tidak ada kebetulan, semuanya hanya bimbingan-bimbingan. Fokus pada
bimbingan bukan pada hukuman.
*Suka Cita*
Bila bibit berkecukupan di dalam sudah dirawat baik di taman cinta kasih,
kemudian ia bisa bertumbuh menjadi pengalaman yang penuh suka cita (joy).
Kebahagiaan adalah sebentuk rasa di dalam tatkala sebagian keinginan
terpenuhi, tapi suka cita jauh lebih dalam. Ia adalah sebuah kilatan cahaya
bahwa jiwa melihat arah pulang.
Rasa sakit, penderitaan, dukacita adalah bel suci yang menunjukkan bahwa
jiwa hidup terlalu jauh dari rumah. Bel ini juga yang memberikan tanda di
mana rumah sesungguhnya berada. Banyak orang yang mencarinya di tempat suci
atau orang suci. Sehebat-hebatnya tempat suci dan orang suci, keduanya
hanya bisa memberi tahu tentang ajaran suci yang mesti dibadankan.
Tatkala ajaran suci seperti cinta kasih, kebaikan, kasih sayang
dilaksanakan secara mendalam, kemudian ada kilatan cahaya tentang rumahnya
jiwa. Tandanya sederhana, semakin dekat jiwa dengan rumah sesungguhnya,
semakin damai rasanya di dalam. Semakin dekat jiwa dari rumah, semakin
banyak bunga cinta yang mekar di dalam. Semakin dekat jiwa dari rumah,
semakin tidak tertarik seseorang untuk mengejar ke luar.
*Bliss*
Salah satu ajaran mendalam tentang pulangnya jiwa adalah Tantra. Dan simbol
sakral yang kerap dipakai di Tantra adalah seks. Meminjam hasil penelitian
sejumlah psikolog yang mendalami seks seperti Delgado, orgasme sebagai
puncak pengalaman seksual adalah serangkaian pengalaman yang sepenuhnya ada
di dalam. Persisnya, ia terjadi di pusat seks di otak. Bagi wanita, ia
terjadi di belahan otak kanan, bagi pria ia terjadi di otak kiri.
Ini menjadi salah satu bukti ilmiah tentang kebahagiaan, sukacita yang
sesungguhnya ada di dalam. Di tingkat kebahagiaan, orgasme berarti
terpenuhinya sebagian keinginan, atau di tingkatan kebahagiaan lebih dalam
ia berarti rasa berkecukupan yang mendalam. Di tingkat sukacita, orgasme
adalah kilatan cahaya tentang rumahnya jiwa. Kapan saja unsur maskulin dan
feminin menyatu di satu jiwa di sana kilatan cahaya muncul. Di Yunani
disebut anima-animus, di China disebut Yin-Yang, di Bali disebut
lingga-yoni.
Dan bliss (anandam), ia berada jauh di atas keinginan, ia bukan sekadar
kilatan cahaya, tapi sang Cahaya itu sendiri. Bila di tingkatan kebahagiaan
yang mengalami orgasme adalah pusat seks di otak, di tingkatan sukacita
orgasme hanya kilatan cahaya petunjuk jalan pulang, di tingkatan bliss yang
mengalami orgasme adalah Sang Saksi. Ia bukan di otak kanan, bukan di otak
kiri. Sang Saksi berada melampaui ruang dan waktu. Ia tidak bisa
dijelaskan, tapi ia bisa dialami. Dalam bahasa puitis, ia tersedia di sini
di saat ini. Meminjam Lao Tzu: "ia yang mengerti tidak bicara, ia yang
bicara tidak mengerti". Selamat datang di rumah jiwa-jiwa yang indah.
PENTING
Informasi yang disampaikan melalui e-mail ini hanya diperuntukkan bagi pihak penerima sebagaimana dimaksud pada tujuan e-mail ini saja. E-mail ini dapat berisi informasi atau hal-hal yang secara hukum bersifat rahasia. Segala bentuk kajian, penyampaian kembali, penyebarluasan, penyediaan untuk dapat diakses, dan/atau penggunaan lain atau tindakan sejenis atas informasi ini oleh pihak baik orang maupun badan selain dari pihak yang dimaksud pada tujuan e-mail ini adalah dilarang dan dapat diancam sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika karena suatu kesalahan anda menerima informasi ini harap menghubungi Direktorat Jenderal Pajak c.q. Direktorat KITSDA dan segera menghapus e-mail ini beserta setiap salinan dan seluruh lampirannya.
Komentar
Posting Komentar