Langsung ke konten utama

Nangluk Merana bertepatan dengan malam tahun baru

NANGLUK MERANA PURWANI TILEM KE VI.
Hati hati dengan malam tahun baru ini yang bertepatan dengan nangluk merana

UPACARA NANGLUK-MERANA SASIH KE VI KRESNA PAKSA.

Nanggluk merana sebenarnya bukan merupakan Hari raya, tetapi sejenis upacara preliminary yadnya yang dilaksanakan pada tilem ke VI yang tujuannya adalah untuk menjauhkan diri kita dari marabahaya khususnya terhadap bencana alam ( Natural disaster ) yang termasuk wabah pada masarakat industri pertanian semacam hama, dan sejenisnya.
Nangluk Merana kali ini sangat bertepatang dengan hari minggu yang pas juga merupakan Trunya sangkala Tiga ( Dungulan, Galungan, Amangkurat ) ngiring yakna-yanain dumogi, Kala Tiga Kekasorang antuk Jaya Tiga, dimana ada Sangkala Tiga disitu pula akan ada Jaya Tiga, hanya saja dibutuhkan kepiawaian kita untuk anyekung melakukan Tapa Brata Semadi.

Secara Ilmiah:
Sebenarnya Sang-surya mulai transisi lintasan (Istilah fisika disebut musim pancaroba) yaitu dari utara keselatan, karena berada dilintasan Daksinayana – belahan Bumi selatan, sehingga perubahan temperature panas berada didaerah bagian selatan, akibat perbedaan temperature ini Tekanan udara pada bumi belahan selatan menjadi lebih rendah, sehingga Udara berpindah dari utara menuju selatan, inilah yang kemudian menjadikan angin yang bertiup kencang dari utara keselatan, hanya saja karena Bumi berotasi, sehingga seolah olah angin yang bergerak menuju keselatan, seolah olah datangnya dari Barat, shg dibali sangat familiar disebut angin "BARET" seolah-olah datangnya dari Barat.
Dalam kondisi ini, sering terjadi bencana alam, wabah, umumnya influenza bagi anak anak yang sedang masa pertumbuhan, penyakit dan sebgainya bahkan sering muncul Bencana ALAM / Natural disaster.
Contoh saja Bencana Tsunami di Aceh persis terjadi pada saat tilem ke VI, silahkan diverifikasi.
Dari bahasa alam ini sering diaplikasikan di Bali dengan Buana sudah mulai kotor shg perlu diberikan suatu labean atau dilakukan yadnya

Secara arafiah Nangluk Merana berarti :
Nangluk = Menangguhkan.
Merana = Marabahaya.

Jadi marabahaya yang sebenarnya di awali dari Tilem Ke VI yang mengancancam dunia dan isinya, karena dirasakan dunia sudah mulai kotor pada saat itu ( terbukti dengan tilem ini para anjing & hewan lainnya ) mulai meraung raung, Angin ribut dan hujan deras disertai guntur dsb.
Saat itu kita hanya tangguhkan acaranya (berhutang), sehingga akhirnya kita Taur pada saat Acara Taur Agung sasih ke IX. Maka dari itu acara Nangluk Merana tidak banyak di kenal orang.
Sebenarnya secara berkala, ketika mentari berada dilintasan daksinayana, ini berarti sudah ditandai dengan berbagai isyarat alam semesta hanya saja kita sebagai penghuninya kurang peka untuk menterjemahkan isyarat alam semesta ini. Ketika Sasih ke VI, terjadi banyak bencana Bromo, Mentawai, irian jaya terjadi lebih awal.
SIWARATRI Ketika sasih ke VII, sebenarnya Bencana akan beralih ke Mahluk Hidup khususnya manusia yang kecendrungan wataknya yang aneh-aneh serta keluar dari jalur dharma, Umat Hindu menyikapinya dengan menghayatinya dengan lebih introspeksi diri pada saat purwani tilem ke VII disitu ada perarayaan SIWA-RATRI, di Bali ada suatu lontar yang memberikan pencerahan kepada umat hindu yaitu Lubdaka Kalpa _ karangan Rsi Empu Tanakung, sedang kan di India juga ada suatu Ajaran yang dituliskan dengan kisah SUKUMARA. Di bali mengambil perayaan ini yaitu pada Purwani tilem ke VII. Konon malam ini termasuk Malam yang paling gelap ( peteng dedet), sebenarnya kekelapan malam bulan tilem sama saja, hanya saja sasih ke VII di hubungkan dengan Peteng Pitu, sesuai dengan symbol symbol cakra yang kita miliki, yaitu.
Gelap ke 1. Muladara Cakra ketika orang itu tidak tau diri (maaf bahasa balinya dikenal dengan sing ngelah Bool) orang yang dikatagorikan seperti ini orng yang tidak tau malu, tidak tau diri, ibaratnya duduk saja tidak bisa, dalam artian dudukpun seharusnya memiliki etika, dimana saya duduk, mengapa saya duduk, dengan siapa saya duduk, bagaimana semestinya posisi saya duduk dsbnya.
Gelap ke 2. swadistana Cakra (kemaluan) yang identik dengan kama / nafsu sex,…hem yang ini silahkan anda terjemahkan.
Gelap ke 3. Manipura Cakra ( Udel ) identik dengan se-enak udelnya saja kasarnya, cseperti anjing kelaparan tidak punya prinsip, ngulah ngae basang betek di je jek nak ngelah gae….ditu ya ngaba basang layah, alias giro poster,….gigi ronggoh pos ngetel, itulah sebabnya kalau kita ngayah,…biasanya nganggo ambed, agar kita membatasi diri jangan sampai ngabe basang layah dogen.
Gelap ke 4. Anahata Cakra-hrudaya, Prema, kalau orang kehilangan kasih sayang, segalanya akan berubah, hidup saling membenci…anarkhis kalau sudah begini akal sehatpun hilang semakin jauh dari Hyang Widdhi.
Gelap ke 5. Visudhi Cakra, makanan enak itu hanya sebatas kerongkong an selewat itu sudah tak terasa lagi, begitu juga Lidah dan bibir semuanya dikontrol dari sini, lidah tak bertulang jangan semaunya ngontalang layah, hem….jadi inget tuh lagunya si Bob Tutu poli, "memang lidah tak bertulang, tak terbatsk kata kata…a….a Kunci dari dharma adalah kesetiaan, Setia wacana, setia mitra, setia laksana dan setia Hrudaya.
Gelap ke 6. Ajna cakra mata ke tiga, mata adalah jendela hati, apabila mata ketiga sebagai mata bijak tidak berfungsi, siap siaplah anda menjadi budak diri kita sendiri.
Gelap ke 7. Sahasrara- kesadran tertinggi, dilukiskan sebagai daun teratai yang berkilau dengan beribu ribu kelopak daun bunga, yang berisi abjad sanskerta, ditengah tengah itu ada lingga Ciwa yang bercahaya.
Nah ketika kesemua fungsi fungsi ini tidak disadari dan tidak dihayati merekalah sesungguhnya yang disebut dengan Jatma setara dengan peteng pitu asuri sampad - bukan Manusia (manut sekadi sesananing manusia yg mendekatkan diri kepada Daivi sampad)
Itulah sebabnya Ketika sasih ke VII ini Siwa berkenan turun melakukan linggam yang dirayakan oleh Umat Hindu menjadi perayaan Siwa-Ratri.
Berikutnya Sasih ke VIII, marabahaya beralih kepada mahluk yang bertaring, sehingga pada sasih ini, semua mahluk bertaring menunjukan kejayaannya, seperti kucing, Srigala, anjing, harimau singga dan sejenisnya, meraung raung, sepertinya merekalah yang menjadi pemilik alam smesta ini.
Dan semua ini akan berakhir ketika akhirnya kita musim berganti kembali mentari melintasi chatulistiwa menuju Daksina yana yg ditandai oleh kita umat hindu melakukan Pangrebu buana yang merupakan Taur ke-IX, yang kita akhiri dengan Perayaan tahun bara Icaka Warsa, yaitu hari raya Nyepi.
Di India hal ini dirayakan dengan "CHAITA SAKTA PRATIPADA" karena mereka dikalahkan dengan perayaan menyambut musim semi, sehingga yang inilah kelihatannya semakin semarak.

Inggih sapunike damun pakeling titiang mantuk maring Idedane sinamian, ngalunsurang Geng Rne sinampura antuk kekirangannyane.

Dalam Kisah Mahabrata hal ini dikisahkan oleh :
Ibu Kunti pada Tilem Ke VI, datang ketengahing Kurusetra untuk memohon keampunannya Kepada Hyang Maha Agung agar tak satupun anaknya menjadi korban dalam Perang Mahabrata yang akan datang,.....?

Tetapi Ibu Kunti tetap mendapaktkan jawaban bahwa salah satu anaknya tetap akan menjadi korban (tidak bisa di tolak) dalam peperangan yang akan datang.......
Pada saat itu Ibu Kunti menjawabnya langsung menyetujuinya, tetapi masih dengan setengah hati.....? dengan jawaban yang setengah hati itu, kemudian apa yang terjadi.....?

Beberapa bulan berikutnya terjadi lah Goncangan yang maha Hebat di keluarga Pendawa ( Ibu Kunti ) Kemasukan Hyang Kalika.....? Sehingga ingin membantai / membunuh serta memakan Putra-putranya, apakah yang telah terjadi..?
Saat itulah Nakula, yang tanpa mengetahui tentang process serta mekanisasi kemarahan ibunya serta merta dengan hati yang tulus Nakula menyerahkan Jiwa dan raganya sebagai korbannya kalau memang Ibu Suri yang menghendaki.
Justru melihat saking ketulusan hati Nakula itu, Hyang Kalika langsung melepaskan godaan ini, karena kalah dengan sebuah ketulusan hati yang spontanitas dari Nakula.
( Pengorbanan yang maha tulus ) sehingga......? Selamatlah akhirnya Pendawa. Akhirnya apa yang terjadi..........?

Adalah masih tetap salah satu putranya yang harus dikorbankan dalam Mahabrata tapi...? Bukan dari Pendawa Lima, Kalau begitu siapa.........? Ainggih sameton sendirilah yang mencarikan jawabanya.
(Ceritra ini sering di pentaskan oleh Barong Dance di Batubulan.)
Nawegang atas Awidyan titiange, Semoga Ide-dane sane Nyampurnayang.
Namaste.

Jeromangku_sudiada@Yahoo.com
Griya Serdang Indah Block J1 No5 Serang-Banten


PENTING

Informasi yang disampaikan melalui e-mail ini hanya diperuntukkan bagi pihak penerima sebagaimana dimaksud pada tujuan e-mail ini saja. E-mail ini dapat berisi informasi atau hal-hal yang secara hukum bersifat rahasia. Segala bentuk kajian, penyampaian kembali, penyebarluasan, penyediaan untuk dapat diakses, dan/atau penggunaan lain atau tindakan sejenis atas informasi ini oleh pihak baik orang maupun badan selain dari pihak yang dimaksud pada tujuan e-mail ini adalah dilarang dan dapat diancam sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika karena suatu kesalahan anda menerima informasi ini harap menghubungi Direktorat Jenderal Pajak c.q. Direktorat KITSDA dan segera menghapus e-mail ini beserta setiap salinan dan seluruh lampirannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jojon Pulang Sekolah

"jojon Pulang sekolah celananya robek sebelah, mentang-mentang anak pak lurah dipukuili sampai berdarah" Jadi Ingat Lagu ini, benar-benar miris klo ditilik kembali, sepertinyafenomena dlam negri kita sangat meniru gaya lagu ini. saya ingat lirk "mentang-mentang anak pak lurah dipukuilin sampai berdarah" jadi karena merasa tidak puas dengan pak lurah, maka semua kekesalan  ditumpakkan pada jojon sampai berdarah... tanya kenapa kebanyakan kasus yang besar terjadi di indonesia hanya berani menghakimi orng yg menjadi bawahan, jarang orang berkuasa kena imbas... sehingga terjadi sesengak " berkuasa berarti kebal hukum" indonesia mau dibawa kemana gan...???????? Blogged with the Flock Browser

Mitra satruning Dina Tahun 2017

Untuk Megetahui Urip Sesorang harus mengetahui tanggal lahir dan Saptawara dan Pancawara dijumlah. Berikut Urip Saptawara  Hari Urip Redite 5 Soma 4 Anggara 3 Budha 7 Wraspati 8 Sukra 6 Saniscara 9 Urip Pancawara  Umanis 5 Paing 9 Pon 7 Wage 4 Kliwon 8 Urip Semua Orang didunia degan perhitungan kalender Mitra satruning Dina dapat dikategorikan menjadi empat kelompok  Kelompok A dengan Urip 8, 12 dan 16 Kelompok B dengan Urip 9, 13 dan 17 Kelompok C dengan Urip 10, 14 dan 18 dan Kelompok D urip 11 dan 15 Penghitungan Mitra satruning Dina (segala usaha/acara penting) dengan Urip Saptawara + Pancawara Kelahiran) + (Urip Saptawara + Pancawara memulai Usaha/acara) = sisa Guru (tertuntun)  Ratu (dikuasai) Lara (terhalang) Pati (batal) Penghitungan Mitra satruning Dina untuk tahun 2017 telah saya tuangkan d...

Biaya Bersama

BIAYA BERSAMA Bagi Perusahan yang memiliki Penghasilan yang bersifat final dan non final Penghitungan beban biaya bagi pengusaha yang memiliki usaha yang Pajak Penghasilannya bersifat Final dan tidak final.        I.             Sejarah Dasar hukum: 1.        Peraturan Pemerintah Nomor 47 TAHUN 1994, tanggal 27 Desember 1994, tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan. Pasal 2 , Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto : a.     biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak. b.     biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final yang diatur tersendiri berdasarkan ...