Salam kasih, Svastyastu,
Shankaracarya dalam karyanya Sadhana Pancakam ada menyebutkan:
"Bhava-sukhe dosanusandhiyatam" - yang menganjurkan agar kita mencoba melihat, mengertikan, menyimak, meneliti, membuka tabir, membeberkan segala jenis kesukaan duniawi.
Ketika orang tidak
bercermin di pagi hari, ia tidak akan melihat kotoran didalam dirinya dan tidak akan dapat menghias dirinya dengan baik. Ketika orang melupakan "melihat" kekurangan atau "sisi balik" dari kesenangan-kesenangan duniawi maka mereka tidak akan pernah dapat meneliti dan menghayati siapakah dirinya sesungguhnya.
Hidup di dunia ini,
orang dipegang oleh empat jenis kecendrungan, yang memegang peranan utama dalam mengitari orang dengan dan dalam berbagai jenis kesenangan duniawi. Keempat jenis kecenderungan tersebut yaitu kecendrungan memiliki indria terbatas, makan, berketurunan dan membela diri. Ke-4 kecendrungan tersebut mengikat orang dalam kepuasan, kedalam berbagai jenis kepuasan, dari kepuasan yang kasar sampai dengan kepuasan yang halus, yang pelan dan tanpa disadari oleh kita bahwa kita telah menyulap kepuasan duniawi tersebut kedalam kata bahagia.
Kesenangan-kesenangan
didapat lewat panca indria; kepuasan lewat pandangan mata, kepuasan lewat sentuhan kulit, kepuasan lewat pendengaran dan seterusnya, tanpa merasa aneh sedikit pun, kita langsung ganti dengan sebutan bahagia. Kebahagiaan dalam tanda kutip seperti itu tidak jauh berbeda dengan kebanggaan memakai jas baru, memakai baju baru, walaupun kita belum mandi.
Selanjutnya terdapat berbagai
jenis kepuasan tak terhitung yang didapatkan lewat indria-indria lebih halus lagi. Terdapat lagi sekian kali lipat jenis kepuasan yang didapat lewat pengrasaan. Terdapat sekian kali lupat lebih banyak jenis kepuasan yang didapat lewat permainan pikiran, dan juga terdapat tak terhitung kelipatan jumlah rupa-bentuk kepuasan yang didapat lewat pengembangan keakuan palsu.
Semua jenis kepuasan
tersebut dengan mudah dan gampang dan tanpa rasa bersalah sedikit pun kita rubah dengan kata BAHAGIA.
Tanpa sadar, kita telah
menempatkan diri kita menjadi seorang ahli sulap, penyulap penderitaan kedalam khayalan kebahagiaan. Dan, kita menyukainya...
Semestinya, jika kita memang sebenar-benarnya dan setulus-tulusnya menginginkan ke-swasti-an dan ke-shanti-an bagi diri pribadi kita, maka kita akan segera menghindari menyulap penderitaan-penderitaan dalam wujud kepuasan indria, dalam wujud pengumbaran hawa nafsu...kedalam bentuk kebahagiaan khayal. TIDAK ADA KEBAHAGIAAN DALAM KEPUASAN GARUK GATAL.
Demikian pula, tidak
ada kebahagiaan sama sekali didalam pemuasan indria-indria. Barangkali di usia muda dimana kita sedang memiliki segala kemampuan dan kesempatan untuk "ngulurin indria", untuk mengumbar hawa nafsu, disaat-saat seperti itu barangkali orang bersikeras mengabaikan perenungan seperti ini. TEtapi, bagi mereka yang sudah "lelah" dalam kesibukan "ngulurin indria", ya bagi mereka....masihat Shankaracarya ini akan sangat diperlukan. BAhwa memang kepuasan indria sesungguhnya adalah penderitaan. Bahwa menggaruk gatal adalah sebuah aktivitas menciptakan penyakit. Kepuasan indria hanyalah rangsangan garuk gatal, yang kita semua dengan senang hati meninggalkan segala urusan penting spiritual untuk memburu kepuasan-kepuasan indria tersebut.
Bagi mereka yang
berlari kencang terus menerus, akan ada kesempatan dimana ia memperlamnbat larinya, dimana ia sempat berhenti sebentar. Begitu pula, bagi mereka yang masih muda, yang dalam segala hal dan dalam segala keadaan masih memenuhi syarat untuk menjadi seorang penikmat, diantara kencangnya mereka "berburu kepuasan", pasti ada saat-saat atau kesempatan dimana mereka merenung dan merasakan bahwa apa yang sedang dilakukan sesungguhnya "bukan itu", sesungguhnya bukan kepuasan sebenarnya yang ia sedang cari. Nah..., saat-saat seperti itulah pentingnya memasukkan perenungan baris-baris indah nasihat Shankaracarya tersebutr di atas. BAhwa kita hendaknya dengan teliti mencari kekurangan dari kepuasan/kebahagiaan duniawi yang sedang kita rasakan/alami.
Kepuasan apa pun. Kapan kita mendapat kepuasan dari uang, segeralah berpikir....ada "celaka" apa dibalik kepuasan uang ini??? Dan contoh lainnya. Kesimpulannya, kita hendaknya selalu memikirkan sisi balik dari sisi kepuasan duniawi.
Kita tidak dianjurkan
mengadakan penolakan terhadap berbagai kepuasan tersebut melainkan menumbuhkan kesadaran bahwa kepuasan-kepuasan tersebut sejauhmana akan mampu memberikan kebahagiaan sejati kepada kita?. Kita hendaknya mengerti dengan jelas bahwa meriah dan warna warni dalam pakaian tidaklah harus membuat kita berbangga hati melonjak-lonjak, melainkan kita akan berpuas hati jika kita sudah sempat memandikan BADAN kita dengan baik. Ada perbedaan sangat jelas antara mencuci PAKAIAN dengan memandikan BADAN. BAhwa ada perbedaan sangat jelas antara KEPUASAN INDRIA dengan KEBAHAGIAAN BATIN. "Keseleo parah" adalah jika anda mencari kepuasan luar lewat meditasi, doa dan
sembahyang....(Darmayasa)
Komentar
Posting Komentar