Langsung ke konten utama

Menelusur Sisa Majapahit di Lombok



Oleh : KHAERUL ANWAR dan COKORDA YUDISTIRA


Cakranegara yang kini salah satu pusat perniagaan di Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, pernah bikin cerita penting bagi Indonesia. Ekspedisi militer Belanda menggempur habis-habisan puri atau istana di Cakranegara, mengakibatkan kediaman Raja Karangasem yang penguasa wilayah Lombok, luluh lantak.
Sehari sebelum Cakranegara jatuh dalam kekuasaan Belanda, menurut telusur pustaka, pada 19 November 1894, dilaporkan sebuah temuan naskah sastra, yang ditulis di lembaran daun lontar di antara puing-puing reruntuhan itu.

Cakep (ikatan) daun til atau lontar itu adalah naskah Nagarakretagama karya Mpu Prapanca, seorang pujangga Jawa abad ke-14 M. Sewindu kemudian, naskah berbahasa Jawa Kuno diterbitkan dalam huruf Bali dan Bahasa Belanda oleh Dr JLA Brandes (1902), namun hanya sebagian. Disusul upaya penerjemahan oleh Dr JHC Kern tahun 1905-1914, dilengkapi dengan komentar-komentarnya.

Baru pada tahun 1919, Dr NJ Krom menerbitkan utuh isi lontar Nagarakretagama. Krom juga melengkapinya dengan catatan historis. Naskah Nagarakretagama ini akhirnya diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Prof Dr Slametmulyana dan disertai tafsir sejarahnya. Menyusul kemudian, Dr Th Pigeud yang menerjemahkan Nagarakretagama ke dalam Bahasa Inggris.

Seperti diketahui kemudian, Nagarakretagama pernah disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden Belanda dengan nomor koleksi 5023. Pemerintah Belanda mengembalikannya ke Pemerintah Indonesia di masa pemerintahan Presiden Soeharto. Kini naskah itu menjadi koleksi unggulan Perpustakaan Nasional di Jakarta.

Nagarakretagama, antara lain, berisi rekaman sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit, perjalanan Hayam Wuruk, Raja Majapahit, serta kondisi sosial, politik, keagamaan, pemerintahan, kebudayaan, dan adat istiadat. Semua itu dikumpulkan dan digubah menjadi sebuah karya sastra oleh Mpu Prapanca, saat mengunjungi daerah-daerah kekuasaan kerajaan itu di Nusantara.

Dari Kerajaan Kediri

Lontar itu ada di Puri Cakranegara, Lombok, dibawa keluarga Kerajaan Kediri pada masa kekuasaan mereka di Karangasem, ujung timur Pulau Bali, sekitar akhir abad ke-17 M sampai pertengahan abad ke-18 M. Lombok sendiri merupakan wilayah kekuasaan Raja Karangasem, dan sebelumnya ada beberapa kerajaan berada di sana, seperti Kerajaan Selaparang dan Pejanggik.

Slametmulyana dalam bukunya Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya (1979), menyebutkan sedikitnya sudah ditemukan empat naskah lain yang serupa, di beberapa geriya (kediaman pendeta Hindu) di Bali. Namun, naskah-naskah itu diduga merupakan turunan naskah Nagarakretagama, yang ditemukan di Puri Cakranegara, Lombok.

Isi Nagarakretagama diterapkan di Lombok demi membangun sistem pemerintahan dan sekaligus pertahanan menyerupai kerajaan Majapahit. Ini juga ditujukan demi menjadikan Lombok sebagai benteng mempertahankan ajaran Hindu di Bali, menyusul masuk dan berkembangnya ajaran Islam di Jawa, yang ditandai dengan masuknya Raja Jenggala dan kerajaannya sebagai kerajaan Islam.

Raja Kediri dan Raja Jenggala adalah bersaudara, kata Anak Agung Biarsah Huruju Amla Negantun, cucu Anak Agung Anglurah Gede Karang Asem, Raja Lombok terakhir. Perbedaan agama, yang dianut masing-masing raja itu, diakui, menjadi salah satu penyebab meletusnya perang saudara di antara dua kerajaan ini.

”Dari cerita yang pernah saya dengar dari orang-orang tua, naskah ini dibawa leluhur saya dari Kediri waktu ekspedisi ke Lombok. Di dalamnya dijelaskan teknik peperangan dan teknik mengatur pemerintahan. Nagarakretagama dibawa ke Lombok untuk mengatur wilayah Lombok, dengan konsep pusat pertahanannya di Cakranegara,” tutur Agung Biarsah kepada tim Lintas Timur-Barat, yang berkunjung di kediamannya, Puri Pamotan Cakranegara, timur Taman Mayura, Cakranegara, Kota Mataram, Sabtu (22/10).

Kajian Slametmulyana tentang naskah Nagarakretagama menyebutkan, karya Mpu Prapanca ini terdiri dari 98 pupuh yang disusun dalam dua bagian. Bagian pertama, terdiri atas 49 pupuh, yang mengisahkan raja dan keturunannya, uraian tata perkotaan dan wilayah kerajaan Majapahit, perjalanannya berkeliling Lumajang, dan diakhiri dengan silsilah Raja Hayam Wuruk mulai dari dinasti Singasari sampai dinasti Majapahit.

Bagian kedua naskah ini, juga terdiri atas 49 pupuh. Isinya, menceritakan perjalanan raja berkeliling dan upacara ziarah ke makam-makam leluhurnya, kematian patih Gajah Mada, dan uraian mengenai bangunan-bangunan suci yang terdapat di Jawa dan Bali. Di bagian kedua ini, Mpu Prapanca juga menceritakan rangkaian prosesi upacara, yang rutin diulangi setiap tahun, disertai puji-pujian terhadap keluhuran raja.

Dalam pengantar buku Slametmulyana itu dicantumkan, Nagarakretagama merupakan perpaduan antara karya sastra bermutu tinggi dan sekaligus catatan sejarah yang menjadi gudang pengetahuan tentang Majapahit di abad ke-14.

Kedatangan Belanda

Keberadaan Majapahit membawa pengaruh bagi Kerajaan Lombok dalam bidang politik, pemerintahan, sosial, budaya dan ekonomi bagi penduduk. Misalnya, raja memiliki pembantu di tingkat Kecamatan, yang disebut Punggawa (camat) dan Pembekel di tingkat desa. Mereka didampingi petugas seperti penghulu dan kiai dalam urusan tradisi dan agama, dan juga keliang, pembantu Pembekel di tingkat dusun.

Hierarki pemerintahan di desa itu masih terlihat pada beberapa desa di Kecamatan Bayan, Lombok Barat saat ini. Adanya Pemusungan (kepala desa), pengulu dan wakilnya, lebe, serta kiai, yang bertugas bidang keagamaan, bersama pemangku, di bidang adat-istiadat.

Kedatangan Belanda membuka akses Lombok di bidang ekonomi, mengingat saat itu banyak kapal dagang, yang singgah pada beberapa pelabuhan di Lombok. Lombok semakin mendapat tempat khusus di bidang pertanian dan perdagangan, terutama sejak Gunung Tambora, yang berada di wilayah Kebupaten Bima dan Dompu, Pulau Sumbawa, meletus dahsyat tahun 1815.

Lekkerkerker (1920) menyebutkan, tahun 1839 Lombok menjadi produsen kapas berkualitas baik, kayu Sepang, dan beras. Pada tahun itu, tercatat sedikitnya 18.000 ton beras dikeluarkan dari Lombok untuk dikirim ke Jawa, Madura, dan Makassar, bahkan sampai ke Mauritius dan Cina. Kayu Sepang umumnya diproduksi di Desa Pelambek, Lombok Tengah, kemudian diangkut melalui Pelabuhan Pijot, Lombok Timur. Produksi kapas antara lain dibudidayakan di Desa Barabali, Lombok Tengah.

Meluasnya aktivitas perdagangan ini, membuat interaksi sosial masyarakat juga ikut berkembang, apalagi para pedagang dari luar semakin banyak tinggal di Lombok seperti dari Bugis, China dan Eropa. Menurut I Gde Parimartha, Dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana Bali, Lombok berada di tengah- tengah jaringan perdagangan, yang terbuka, antara Singapura, Australia dan China, pada abad ke-19. Malah tahun 1835 ter- catat 18 kapal berlabuh di Pelabuhan Ampenan, meliputi tiga kapal Perancis dan 15 kapal Inggris.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jojon Pulang Sekolah

"jojon Pulang sekolah celananya robek sebelah, mentang-mentang anak pak lurah dipukuili sampai berdarah" Jadi Ingat Lagu ini, benar-benar miris klo ditilik kembali, sepertinyafenomena dlam negri kita sangat meniru gaya lagu ini. saya ingat lirk "mentang-mentang anak pak lurah dipukuilin sampai berdarah" jadi karena merasa tidak puas dengan pak lurah, maka semua kekesalan  ditumpakkan pada jojon sampai berdarah... tanya kenapa kebanyakan kasus yang besar terjadi di indonesia hanya berani menghakimi orng yg menjadi bawahan, jarang orang berkuasa kena imbas... sehingga terjadi sesengak " berkuasa berarti kebal hukum" indonesia mau dibawa kemana gan...???????? Blogged with the Flock Browser

Biaya Bersama

BIAYA BERSAMA Bagi Perusahan yang memiliki Penghasilan yang bersifat final dan non final Penghitungan beban biaya bagi pengusaha yang memiliki usaha yang Pajak Penghasilannya bersifat Final dan tidak final.        I.             Sejarah Dasar hukum: 1.        Peraturan Pemerintah Nomor 47 TAHUN 1994, tanggal 27 Desember 1994, tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan. Pasal 2 , Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto : a.     biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak. b.     biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final yang diatur tersendiri berdasarkan ...

Mitra satruning Dina Tahun 2017

Untuk Megetahui Urip Sesorang harus mengetahui tanggal lahir dan Saptawara dan Pancawara dijumlah. Berikut Urip Saptawara  Hari Urip Redite 5 Soma 4 Anggara 3 Budha 7 Wraspati 8 Sukra 6 Saniscara 9 Urip Pancawara  Umanis 5 Paing 9 Pon 7 Wage 4 Kliwon 8 Urip Semua Orang didunia degan perhitungan kalender Mitra satruning Dina dapat dikategorikan menjadi empat kelompok  Kelompok A dengan Urip 8, 12 dan 16 Kelompok B dengan Urip 9, 13 dan 17 Kelompok C dengan Urip 10, 14 dan 18 dan Kelompok D urip 11 dan 15 Penghitungan Mitra satruning Dina (segala usaha/acara penting) dengan Urip Saptawara + Pancawara Kelahiran) + (Urip Saptawara + Pancawara memulai Usaha/acara) = sisa Guru (tertuntun)  Ratu (dikuasai) Lara (terhalang) Pati (batal) Penghitungan Mitra satruning Dina untuk tahun 2017 telah saya tuangkan d...