Om Swastyastu
Sebagian besar dari orang Bali pasti pernah mendengar atau pernah menyanyikan tembang macapat pupuh Pucung, yaitu: BIBI ANU, syairnya gampang dan mudah dimengerti karena menggunakan padanan kata yang sangat sederhana. Saya coba petikkan lagi syairnya agar kita dapat meresapi pesan spiritnya.
BIBI ANU
LAMUN PAYU LUWAS MANJUS
ANTENGE TEKEKANG
YATNAIN NGAEB MUSUHE
TIYUK PUNTUL
BAWANG ANGGEN SASIKEPAN
Dari cerita orang tua pasti dikatakan ini kidung untuk para wanita yang sedang hamil, namun setelah beberapa waktu yang lalu tiang sempat membaca teks aslinya di Gedong Krtya, ternyata kata yatnain ngaba mesui aslinya adalah yatnain ngaeb musuhe, sehingga tiang sempat merenung dalam akan kidung ini, sehingga pada sebuah perenungan tiang coba hubungkan makna gramtikal dan etimologynya, ternyata kidung ini membawa pesan bukan saja untuk orang hamil tetapi pesan bagi semua umat manusia yang mendambakan kedamaian.
Kata BIBI ANU menunjuk kepada semua umat manusia
LAMUN PAYU LUWAS MANJUS (kalau mau pergi mandi), kata Mandi mengandung arti kalau mau mencari kesucian, Mandi = untuk bersih/suci.
ANTENGE TEKEKANG ( Anteng = rajin, tekek = erat/kuat, orang yang mau mencari kesucia harus Rajin/ Sadhana/ disiplin tinggi.
YATNAIN NGAEB MUSUHE: waspadalah terhadap musuh (dalam hal ini mungkin musuh yang ada dalam diri kita, spt: sad ripu, sad atatayi, dsb)
TIYUK PUNTUL : tiyuk bermakna senjata yang tanjam dan puntul = tumpul, artinya kecerdasan dab kepinteran jangan dipakai untuk membodohi, menipu orang lain.
BAWANG ANGGEN SASIKEPAN : bawang memiliki pengaruh dingin, artinya kebijaksanaan, welas asih dan kasih sayanglah yang harus dijadikan landasan untuk semua kegiatan
sehingga dapat dipahami bahwa kidung BIBI ANU ini mengajak kita ketika ingin mencari kesucian yang hakiki, kita harus memiliki sadhana yang tinggi (sing dadi anget-anget tain siap dan ragu-ragu...!)) Selalu waspada terhadap musuh yang ada di dalam diri kita yang setiap saat dapat menggoda kita, Kemajuan spiritual yang telah diraih jangan dipakai membodohi orang lain tapi dipakai untuk serve/melayani. Dan dalam berinteraksi dengan yang lain sikap welas asih dan kasih sayang harus menjadi dasarnya.
Kira-kira demikianlah pesan kidung ini disampaikan kepada para Sadhaka, terlepas dari makna yang selama ini kta pahami.
Semoga kita semua tercerahkan...........Avighnam astu !
sumber: Wayan Sudarma
Sebagian besar dari orang Bali pasti pernah mendengar atau pernah menyanyikan tembang macapat pupuh Pucung, yaitu: BIBI ANU, syairnya gampang dan mudah dimengerti karena menggunakan padanan kata yang sangat sederhana. Saya coba petikkan lagi syairnya agar kita dapat meresapi pesan spiritnya.
BIBI ANU
LAMUN PAYU LUWAS MANJUS
ANTENGE TEKEKANG
YATNAIN NGAEB MUSUHE
TIYUK PUNTUL
BAWANG ANGGEN SASIKEPAN
Dari cerita orang tua pasti dikatakan ini kidung untuk para wanita yang sedang hamil, namun setelah beberapa waktu yang lalu tiang sempat membaca teks aslinya di Gedong Krtya, ternyata kata yatnain ngaba mesui aslinya adalah yatnain ngaeb musuhe, sehingga tiang sempat merenung dalam akan kidung ini, sehingga pada sebuah perenungan tiang coba hubungkan makna gramtikal dan etimologynya, ternyata kidung ini membawa pesan bukan saja untuk orang hamil tetapi pesan bagi semua umat manusia yang mendambakan kedamaian.
Kata BIBI ANU menunjuk kepada semua umat manusia
LAMUN PAYU LUWAS MANJUS (kalau mau pergi mandi), kata Mandi mengandung arti kalau mau mencari kesucian, Mandi = untuk bersih/suci.
ANTENGE TEKEKANG ( Anteng = rajin, tekek = erat/kuat, orang yang mau mencari kesucia harus Rajin/ Sadhana/ disiplin tinggi.
YATNAIN NGAEB MUSUHE: waspadalah terhadap musuh (dalam hal ini mungkin musuh yang ada dalam diri kita, spt: sad ripu, sad atatayi, dsb)
TIYUK PUNTUL : tiyuk bermakna senjata yang tanjam dan puntul = tumpul, artinya kecerdasan dab kepinteran jangan dipakai untuk membodohi, menipu orang lain.
BAWANG ANGGEN SASIKEPAN : bawang memiliki pengaruh dingin, artinya kebijaksanaan, welas asih dan kasih sayanglah yang harus dijadikan landasan untuk semua kegiatan
sehingga dapat dipahami bahwa kidung BIBI ANU ini mengajak kita ketika ingin mencari kesucian yang hakiki, kita harus memiliki sadhana yang tinggi (sing dadi anget-anget tain siap dan ragu-ragu...!)) Selalu waspada terhadap musuh yang ada di dalam diri kita yang setiap saat dapat menggoda kita, Kemajuan spiritual yang telah diraih jangan dipakai membodohi orang lain tapi dipakai untuk serve/melayani. Dan dalam berinteraksi dengan yang lain sikap welas asih dan kasih sayang harus menjadi dasarnya.
Kira-kira demikianlah pesan kidung ini disampaikan kepada para Sadhaka, terlepas dari makna yang selama ini kta pahami.
Semoga kita semua tercerahkan...........Avighnam astu !
sumber: Wayan Sudarma
Komentar
Posting Komentar