Langsung ke konten utama

Satyam – Siwam – Sundaram

Satyam – Siwam – Sundaram adalah tatanan kehidupan masyarakat yang taat beragama (Hindu), saling menyayangi, dan sejahtera.

TAAT BERAGAMA HINDU (SATYAM)

1. Keyakinan pada Panca Srada:

  1. Widhi Tattwa
  2. Atma Tattwa
  3. Purnabhawa
  4. Karmaphala
  5. Moksha

2. Memahami tiga kerangka Agama Hindu:

  1. Tattwa
  2. Susila
  3. Upacara

1. Keyakinan pada Panca Srada:

1.1 Widhi Tattwa:

  1. Agama Pramana: Percaya pada Hyang Widhi karena mempelajari kitab-kitab suci.
  2. Pratiyaksa Pramana: Percaya pada Hyang Widhi karena mendapat vibrasi kesucian sebagai hasil ketekunan meditasi.
  3. Anumana Pramana: Percaya pada Hyang Widhi dari kesimpulan berdasarkan logika, unsur-unsur aktivitas, sebab-akibat, keharusan, kesempurnaan dan keteraturan.
  4. Upamana Pramana: Percaya pada Hyang Widhi dari analogi berdasarkan perbandingan unsur-unsur metafora (penciptaan), struktural (bahan ciptaan) dan kausal (akibat dari suatu sebab).

1.2 Atma Tattwa: Percaya bahwa Atman identik dengan Brahman, karena itu ada empat jalan menuju kepada-Nya, yaitu:

  1. Bhakti Marga: Menyembah, memuja, menghormati dan menyayangi Hyang Widhi dengan segala ciptaan-Nya.
  2. Karma Marga: Bekerja, berbuat mencapai tujuan hidup dilandasi ajaran Veda.
  3. Jnana Marga: Belajar dan mengajar mengembangkan Ilmu Pengetahuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.
  4. Yoga Marga: Olah badan dan pikiran untuk menghubungkan Atma dengan Paramaatma.

1.3 Purnabhawa: Percaya bahwa Atman akan terus mengalami samsara (reinkarnasi) bilamana belum memenuhi syarat kesucian untuk bersatu dengan Brahman; karena itu ada beberapa upaya untuk selalu menjaga kesucian:

  1. Sistacara: Kehidupan suci yang membentuk susila.
  2. Atmanastusti: Bekerja, berbuat mencapai tujuan hidup dilandasi ajaran Veda.
  3. Catur Ashrama: Empat jenjang kehidupan: Brahmacari, Gryahasta, Wanaprastha, dan Biksuka.

1.4 Karmaphala: Percaya bahwa perbuatan yang baik akan membuahkan kebaikan, sedangkan perbuatan yang jahat akan menuai keburukan; karena itu tetaplah berpegang pada Trikaya Parisudha (tiga kesucian/ kebaikan):

  1. Kayika Parisudha: Perbuatan yang baik: Ahimsa (tidak membunuh/ menyakiti), Tan Mamandung (tidak mencuri/ korupsi), Tan Paradara (tidak berzina).
  2. Wacika Parisudha: Perkataan yang baik: Tan ujar apregas (tidak berkata kasar/ memaki), Tan ujar ahala (tidak berkata bohong/ membual), Tan ujar pisuna (tidak memfitnah), Satya wacana (berkata jujur/ menepati janji).
  3. Manacika Parisudha: Pikiran yang baik: Tan Adengkya ri drwyaning len (tidak dengki pada kepunyaan orang lain), Mamituhwa ri hananing karmaphala (percaya pada hukum karma-phala), Masih ring sarwa satwa (sayang kepada semua mahluk ciptaan Hyang Widhi).

1.5 Moksha: Percaya akan terjadinya kemanunggalan Atman dengan Brahman (Hyang Widhi) apabila kesucian Atman sudah setara dengan kesucian Brahman, melalui Catur Purushaartha:

  1. Dharma: Ajaran Agama sebagai landasan segala aspek kehidupan.
  2. Artha: Wara nugraha Hyang Widhi berupa benda-benda materi.
  3. Kama: Kemampuan mencukupi kebutuhan hidup.
  4. Moksha: Tercapainya kesejahteraan lahir-bathin sebagai tahapan menuju kemanunggalan Atman-Brahman.

2. Tiga Kerangka Agama Hindu Dipandang Sebagai Satu Kesatuan, Dalam Artian Adanya Saling Keterkaitan Aspek-Aspek Yang Bertujuan Membentuk Kesempurnaan.

2.1 Tattwa: Adalah pemahaman inti ajaran Veda.

2.2 Susila: Adalah perilaku baik, yang terbentuk dari pemahaman Tattwa, meliputi antara lain:

  1. Sadacara: Taat pada peraturan, norma, atau perundang-undangan yang berlaku.
  2. Sad Tatayi: Menghindari dosa karena: Agnida (membakar), Wisada (meracun), Atharwa (menggunakan ilmu hitam), Sastraghna (mengamuk), Dratikrama (memperkosa), Rajapisuna (memfitnah).
  3. Sad Ripu: Waspada adanya enam musuh dalam diri sendiri: Kama (nafsu), Lobha (serakah), Kroda (marah), Mada (mabuk), Moha (sombong), Matsarya (cemburu, dengki, irihati).
  4. Asada Brata: Dharma (yakin pada hakekat kebenaran), Satya (setia pada nusa-bangsa-negara), Tapa (mengendalikan diri), Dama (tenang dan sabar), Wimatsarira (tidak dengki, iri, serakah), Hrih (punya rasa malu), Titiksa (tidak gusar), Anusuya (tidak bertabiat jahat), Yadnya (rela berkorban), Dana (dermawan), Dhrti (menjaga kesucian), dan Ksama (suka memaafkan).
  5. Dasa Indria: Kemampuan mengendalikan indria: Srotendria (pendengaran), Twakindria (rabaan kulit), Granendria (penciuman), Caksundria (penglihatan), Wakindria (lidah), Panindria (gerakan tangan), Payundria (membuang kotoran), Jihwendria (gerakan kaki), Pastendria (alat kelamin).
  6. Yama Brata: Anrsamsa (tidak egois), Ksama (pemaaf), Satya (setia), Ahimsa (tidak menyakiti hati), Dama (sabar), Arjawa (tulus-ikhlas), Pritih (welas asih), Prasada (tidak berpikir buruk), Madhurya (bermuka manis secara tulus), Mardawa (tutur kata yang lemah lembut).
  7. Niyama Brata: Dana (dermawan), Ijya (rajin sembahyang), Tapa (mengendalikan diri), Dhyana (menyadari kebesaran Hyang Widhi), Swadhiyaya (rajin belajar), Upasthanigraha (menjaga kesucian hubungan sex), Brata (mengekang nafsu), Upawasa (berpuasa), Mona (mengendalikan kata-kata), Snana (menjaga kesucian dan kebersihan diri).

2.3 Upacara: Adalah ritual yang dilakukan untuk menguatkan Tattwa dan Susila sebagai pengembangan nalar manusia dalam menjalin hubungan dengan Hyang Widhi yang berdampak pada kesehatan spiritual dan emosional.

SALING MENYAYANGI (SIWAM)

1. Tattwamasi: Percaya bahwa semua umat manusia di dunia adalah sama-sama mahluk utama ciptaan Hyang Widhi, sehingga bila kita sayang pada diri sendiri hendaknya juga sayang kepada orang lain, sebaliknya bila kita tidak senang menyakiti diri sendiri, janganlah menyakiti orang lain.

2. Sagilik-Saguluk, Salunglung -Sabayantaka: Umat manusia hendaknya bersatu bersama-sama menghadapi musuh yang merupakan bahaya mengancam semesta.

3. Paras-Paros Sarpanaya: Selalu menghargai pendapat orang lain, bertindak tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi mengutamakan kepentingan umum dengan perspektif persatuan dan kesatuan.

4. Saling Asah, Saling Asih, Saling Asuh: Saling mengingatkan, menyayangi dan membantu kesulitan orang lain.

    KESEJAHTERAAN BERSAMA (SUNDARAM)

    Kesejahteraan yang dicita-citakan dalam Vedanta adalah kesejahteraan umat manusia secara universal, meliputi fisik dan non-fisik yaitu Spiritual, Emosional, Intelektual dan Fisik.

    Kesejahteraan yang tidak merata bagi umat manusia belumlah dapat disebut sebagai keberhasilan, melainkan justru merupakan pemacu untuk mengupayakan bantuan baik berupa pikiran, tenaga, materi dan perhatian.

    Kepemimpinan Menuju Satyam- Siwam – Sundaram

    Kelompok individu atau masyarakat pastilah mempunyai pemimpin yang dipilih untuk menuntun anggotanya menuju masyarakat yang Satyam-Siwam-Sundaram. Ia hendaknya memenuhi kriteria:

    1. Astha Brata:

    1. Indra Brata: adil
    2. Yama Brata: berani menghukum yang salah
    3. Surya Brata: melindungi yang lemah
    4. Candra Brata: menciptakan kedamaian
    5. Bayu Brata: menguatkan ketahanan
    6. Kwera Brata: memakmurkan
    7. Baruna Brata: memusnahkan adharma
    8. Agni Brata: mendorong semangat

    2. Sad-Guna:

    1. Sandhi mudah memecahkan kesulitan
    2. Wigrha berpengaruh
    3. Jana perintahnya dituruti
    4. Sana pandai menyesuaikan diri
    5. Wisesa bijaksana
    6. Srya mendapat simpati/ disenangi

    Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    Jojon Pulang Sekolah

    "jojon Pulang sekolah celananya robek sebelah, mentang-mentang anak pak lurah dipukuili sampai berdarah" Jadi Ingat Lagu ini, benar-benar miris klo ditilik kembali, sepertinyafenomena dlam negri kita sangat meniru gaya lagu ini. saya ingat lirk "mentang-mentang anak pak lurah dipukuilin sampai berdarah" jadi karena merasa tidak puas dengan pak lurah, maka semua kekesalan  ditumpakkan pada jojon sampai berdarah... tanya kenapa kebanyakan kasus yang besar terjadi di indonesia hanya berani menghakimi orng yg menjadi bawahan, jarang orang berkuasa kena imbas... sehingga terjadi sesengak " berkuasa berarti kebal hukum" indonesia mau dibawa kemana gan...???????? Blogged with the Flock Browser

    Mitra satruning Dina Tahun 2017

    Untuk Megetahui Urip Sesorang harus mengetahui tanggal lahir dan Saptawara dan Pancawara dijumlah. Berikut Urip Saptawara  Hari Urip Redite 5 Soma 4 Anggara 3 Budha 7 Wraspati 8 Sukra 6 Saniscara 9 Urip Pancawara  Umanis 5 Paing 9 Pon 7 Wage 4 Kliwon 8 Urip Semua Orang didunia degan perhitungan kalender Mitra satruning Dina dapat dikategorikan menjadi empat kelompok  Kelompok A dengan Urip 8, 12 dan 16 Kelompok B dengan Urip 9, 13 dan 17 Kelompok C dengan Urip 10, 14 dan 18 dan Kelompok D urip 11 dan 15 Penghitungan Mitra satruning Dina (segala usaha/acara penting) dengan Urip Saptawara + Pancawara Kelahiran) + (Urip Saptawara + Pancawara memulai Usaha/acara) = sisa Guru (tertuntun)  Ratu (dikuasai) Lara (terhalang) Pati (batal) Penghitungan Mitra satruning Dina untuk tahun 2017 telah saya tuangkan d...

    Biaya Bersama

    BIAYA BERSAMA Bagi Perusahan yang memiliki Penghasilan yang bersifat final dan non final Penghitungan beban biaya bagi pengusaha yang memiliki usaha yang Pajak Penghasilannya bersifat Final dan tidak final.        I.             Sejarah Dasar hukum: 1.        Peraturan Pemerintah Nomor 47 TAHUN 1994, tanggal 27 Desember 1994, tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan. Pasal 2 , Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto : a.     biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak. b.     biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final yang diatur tersendiri berdasarkan ...