SEJAK lama masyarakat tradisional hidup selaras dengan lingkungannya. Mereka yakin sumber penghidupannya ada di dalam hutan, sehingga mereka harus menjaga kelestarian hutan. Saat perlu, dengan penuh kearifan mereka hanya mengambil hasil hutan sebatas keperluan. Bagi para sanro (dukun) di Kabupaten Sumbawa, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, kearifan tradisional ini juga menjadi kode etik dan rambu pengatur irama kehidupan manusia, segala makhluk hidup, beserta ekosistemnya. Karena itu sebelum memanfaatkan isi hutan, para sanro minta izin dulu seraya memohon Ridho Tuhan. Jauh-jauh hari sebelum membuat minyak obat, sanro pun melakukan shalat sunat minta petunjuk Sang Khalik, dan selama minyak diproses sanro dalam keadaan suci. Aktivitas yang penuh ritual ini merupakan tanda hormat kepada Yang Maha Pencipta, sekaligus menjadi manifestasi konservasi. Mengambil kulit pohon selalu dalam bentuk segi tiga misalnya, bisa diterjemahkan sebagai harmonisasi hubungan Tuhan, manusia dan jagat raya....
Life, Religion, Love